Opini oleh: Benyamin Helianto Tueng Hayon, S.Fil
Kamis, 21 Agustus 2025, Kota Maumere kembali menjadi saksi sejarah kecil dari perjalanan panjang bangsa ini. Karnaval Budaya “Beket Wain” yang digelar Pemerintah Kabupaten Sikka dalam rangka memperingati HUT ke-80 Republik Indonesia, bukan sekadar pawai tahunan. Ia adalah sebuah panggung kebersamaan, sebuah ruang di mana identitas bangsa kembali ditegaskan lewat langkah-langkah kaki yang mantap, irama musik yang bergemuruh, dan warna-warni busana daerah yang meneguhkan semboyan Bhinneka Tunggal Ika.

Dalam barisan panjang karnaval itu, SMA Negeri 2 Maumere hadir bukan sekadar sebagai peserta, melainkan sebagai pengingat: bahwa api Proklamasi harus tetap diwariskan kepada generasi muda. Ratusan siswa-siswi, didampingi para guru, melangkah dengan penuh percaya diri. Mereka mengenakan pakaian adat dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas hingga Rote, menghadirkan Indonesia dalam wujud nyata di sepanjang jalan Kota Maumere.

Sorotan mata publik pun tertuju pada atraksi Drumband SMA Negeri 2 Maumere yang mengguncang semangat penonton. Formasi spektakuler di depan Gelora Samador menjadi simbol bahwa kebersamaan dan disiplin mampu melahirkan keindahan. Ditambah dengan tarian daerah khas Sikka, para siswa seakan berkata: “Kami anak muda, siap menjaga budaya, siap melanjutkan perjuangan.”

Namun, yang lebih membanggakan adalah bahwa penampilan ini tidak hanya menuai tepuk tangan, tetapi juga penghargaan. SMA Negeri 2 Maumere meraih Juara 3 Atraksi Lomba dalam Karnaval Budaya “Beket Wain”. Sebuah prestasi yang tentu saja patut dirayakan, tetapi jauh lebih penting daripada piala atau piagam adalah makna yang tersimpan di baliknya.

Bagi saya, kemenangan itu adalah tanda bahwa pendidikan tidak hanya berlangsung di ruang kelas. Ia juga terjadi di jalanan, di tengah masyarakat, di setiap langkah yang ditempuh bersama. Ketika siswa berlatih berhari-hari, ketika guru mendampingi dengan sabar, ketika semua berpeluh demi penampilan terbaik, di situlah karakter bangsa sedang ditempa. Disiplin, kerja sama, pengorbanan, cinta tanah air itulah kurikulum hidup yang sebenarnya
Di tengah arus globalisasi yang sering mengikis identitas budaya, SMA Negeri 2 Maumere telah menunjukkan bahwa sekolah bukan sekadar tempat menuntut ilmu, melainkan juga ruang pewarisan nilai. Bahwa anak-anak kita tidak boleh tercerabut dari akar kebangsaannya. Bahwa nasionalisme bukan kata kosong, melainkan sikap yang tumbuh dari pengalaman konkret : berjalan bersama, menari bersama, berjuang bersama.

Prestasi juara 3 ini adalah bunga kecil dari kerja keras mereka, namun buah sejatinya adalah kesadaran yang ditanamkan : bahwa Indonesia akan tetap maju jika generasi mudanya bersatu, berdaulat, dan berjuang untuk kesejahteraan bersama. Sebagai seorang pernah mengabdi sebagai guru dan sebagai seorang anak bangsa, saya melihat penampilan SMA Negeri 2 Maumere dalam karnaval ini sebagai pengingat bagi kita semua : bahwa tugas pendidikan adalah menyalakan api Proklamasi di dada anak-anak. Api itu tidak boleh padam, sebab dari merekalah masa depan negeri ini akan dibentuk.

Kita boleh berbangga dengan prestasi, tetapi lebih dari itu, kita harus berbangga karena anak-anak kita sedang tumbuh menjadi manusia Indonesia seutuhnya, bangga dengan budayanya, setia pada tanah airnya, dan siap melangkah bersama menuju Indonesia yang maju.
Dirgahayu Republik Indonesia ke-80!
Bersatu berdaulat, rakyat sejahtera, Indonesia maju.
Foto : Lexzieroy
Mantap 👍
siap!